Bekerja sudah menjadi bagian utama dalam budaya manusia. Dengan bekerja manusia menunjukkan keterampilannya sekaligus pengetahuan tertentu yang ia miliki berguna untuk dirinya sendiri sekaligus sebagai bakat keahlian yang ia miliki turut membangun kesejahteraan hidup bersama dimana ia berada. Bekerja menghasilkan reward dan imbalan dalam bentuk upah sesuai tingkat pendidikan, keahlian dan pengalaman yang dimiliki. Jenis kerja tertentu memberi prestis dan posisi yang mengangkat martabat dan kedudukan sosial seseorang. Seseorang yang tidak atau belum bekerja di usia dewasa, sering merasa salah tingkah karena orang suka bertanya ia bekerja dimana.
Sekarang ini menurut informasi yang telah dijelaskan oleh pemerintah melalui Menteri Pendaya gunaan Aparatus Negara dan Birokrasi, Bapak Asman Bdur ( kompas 22.8.2017) menegaskan, setiap unti organisasi akan diberi target sesuai kebutuhan anggaran yang harus dicapai sesuai ukuran suksesnya atau berhasilnya pekerjaan itu. Hal ini menekankan kerja yang sudah direncakana dengan teliti sebagai target ( yang didukung ketersediaan anggaran) yang harus di capai. Tujuan pemerintah antara lain agar upah atau gaji para pegawai yang bersangkutan akan diperhitungkan sesuai denga n porsi pekerjaan, tingkat kerumitan dan lamanya kerja, tidak ada waktu terbuang atau alasan lain atau untuk mencari tambahan pekerjaan diluar tugasnya.
Perlu menerapkan disiplin kerja, seharusnya juga sanksi yang tegas dan ketentuan lain yang mendukung terciptanya moril kerja yang tinggi, setia kepada tugas dan tidak tergoda untuk mencari cari alsan kecuali tekun dan rajin bekerja, tepat waktu, jujur dan taat kepada atasan. Semua 'predikat' ini adalah citra pekrja yang siap untuk menjadi pelaksana tugas yang baik,sekaligus sebagai WNI yang bertanggung jawab dalam pengabdiannya kepada tanah air. Tidak sekedar berjanji atau menyatakan itikad baiknya tetapi membuktikan dalam kerja sehari-hari.
Kita sedang menghadapi pertumbuhan penduduk usia kerja yang cukup tinggi dibanding ketersediaan lapangan kerja. Keadaan ini menjadi fenomena hampir di semua negara yang sedang berkembang. Salah satu jalan keluar ialah kemampuan tiap orang atau kelompok menciptakan lapangan kerja sendiri, atau meningkatkan pendidikan dan keterampilan masing-masing agar dapat berasaing dalam merebut lowongan kerja yang terbatas.
Pada umumnya dari pemberi kerja dijelaskan 'target kerja' tertulis, perhitungan rencana anggaran biaya keseluruhan, kejelasan jumlah upah minimum regiobal ( UMR ) perbulan yang udah ditentukan di tiap provinsi. Kerangka waktu kerja untuk mengukur keberhasilan. Memahami proses kerja yang sudah rutin dilaksanakan oleh para buruh atau para pekerja, mental pekerja menjadi salah satu pemicu untuk menyelesaikan target yang harus dicapai. Ketentuan yang diatus oleh pemerintah tentan jaminan keselamatan kerja menjadi salah satu kerangka menciptakan iklim kerja yang menyenangkan. Kejelasan ketentuan kerjasama majikan pemberi kerja dengan karyawan/buruh ini menciptakan suasana kerjasama yang baik dan saling megnguntungkan.
Tersedianya Lapangan pekerjaan bagi setiap orang dewasa, menjadi andalah hidup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi karyawan dan keluarganya. Aktivitas kerja yang bermotifkkan untuk 'Pelayanan' dibangun atas dasar iman Kristiani mengutamakan panggilan kesaksian dan jiwa sosial untuk berkorban tanpa menghitung hitung upah kerja. Ada pesan dibaliknya, yakni bekerja dan melayani bagi kemuliaan Tuhan. Namun kita yang sepakat dengan landasan kasih ini, sewaktu waktu pada saat dan tempat yang teoat harus turun membuktikan kehadiran kita bersama. Ungkapan lama. Ora et Labora. ( ISACK MALINO )