cursor blog

Rabu, 02 Januari 2019

Renungan Harian Oasis Fajar Bala Keselamatan Bulan September


Sabtu 1 September                                                                                Mazmur 34:1-14

Kecapan dan Percikan Sukacita

Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! (ayat 8).

Sukacita adalah kata yang luar biasa, bukan? Memiliki sukacita yang penuh di dalam lubuk hati; mengalami sukacita, dipenuhi sukacita – tidak ada yang menyamai perasaan itu! Dan, mengecapsegenap sukacita: menggirangkan, menggairahkan. Sebab sukacita yang sejati itu melibatkan Tuhan; kita mengenal dan mengalami anugerah-Nya, kemurahan-Nya, kasih-Nya yang kekal.
Tetapi sayangnya, kadang sukacita lenyap. Kita terjebak dalam kehidupan yang menjemukan, dengan rutinitas dan tanggung jawab. Kecapan seolah hambar. Dan ketika tekanan menghadang, atau relasi yang memanas, bahkan masalah-masalah yang berat seperti kesehatan dan kesejahteraan kecapan menjadi berasa asam, bahkan pahit.
Seorang perempuan Jepang, Marie Kondo, menulis sebuah buku yang berkaitan dengan membuang hal-hal yang tidak perlu. Bukunya terjual lebih dari dua juta kopi di seluruh dunia. Prinsip dasarnya adalah memegang satu barang tertentu dan bertanya, ‘Apakah benda ini mendatangkan sukacita?’ Jika ya, simpan. Jika tidak, berikan pada orang lain. Dalam pengertian rohani, kita seharusnya melakukan hal yang sama. Jika apa yang kita pegang adalah sesuatu seperti ketakutan, kecemasan, dendam atau kemarahan, kita perlu bertanya: apakah mereka memicu sukacita’? Seharusnya tidak! Karenanya kita harus membuang semuanya. Sebaliknya, pandanglah Tuhan:

dan bersukacitalah (ayat 2).

Daud menulis mazmur ini sesudah ia berpura-pura gila di hadapan Raja Akhis, yang kemudian membiarkannya pergi (lihat 1 Samuel 21:10-15). Daud bersyukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkannya dari Raja Saul dan saya yakin ia pun ingin agar kita mengecap dan melihat betapa baiknya Tuhan itu’.
Apabila kita dengan sungguh-sungguh membuang semua sampah dalam hidup kita yang akan menyebabkan keruwetan, hal-hal yang mencuri sukacita kita, dan sebaliknya memandang hal-hal yang memicu sukacita hal-hal yang hanya berasal dari Tuhan. Maka barulah sesudahnya kita merasakan damai sejahtera, seperti yang Daud katakan:

Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya! (ayat 14).

Doa
Aku ingin sekali mengecap kebaikan-Mu, Tuhan! Mengalami percikan sukacita yang hanya mungkin bila Engkau bersamaku. Terima kasih, Yesus!











Minggu 2 September                                                                             Matius 11:25-30

Datang Kepada Juruselamat

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan (ayat 28-30).

Sungguh ayat Alkitab yang sangat otoritatif! Ayat yang berbicara kepada jiwa tentang beristirahat di dalam Tuhan. Tentang mengesampingkan semua hal yang membebani kita semata-mata menikmati curahan ‘harmoni anugerah yang alami’. Indah sekali! Karenanya, lagu pujian hari ini mengundang kita untuk:

Datang pada Juruselamat, jangan lamban,
Lewat Firman, Dia tunjukkan jalan;
Kini kita Dia jadikan tempat kediaman,
Dengan lembut berkata: Marilah!
(SASB 413 ayat 1)

George Frederick Root, yang menggubah lagu ini pada tahun 1800an, adalah seorang organis di Boston, Massachusetts, sebelum pindah ke New York. Sewaktu mengajar di sana di Institut untuk Tunanetra, ia bertemu dengan Fanny Crosby – yang tidak diragukan lagi berdampak besar dalam kehidupan dan gubahan lagu-lagunya.  
Ayat 2 sekali lagi mendorong kita untuk jangan menunda-nunda datang kepada Juruselamat untuk mendapat peristirahatan: untuk selalu menjadikan Dia pilihan kita’. Dan, pada ayat terakhir, dan terutama dalam koornya, Root mengingatkan kita bahwa kita pada akhirnya akan melihat Yesus dalam Rumah yang baka, ‘pertemuan’ itu akan penuh dengan sukacita besar.   
Jadi, jangan kita berlama-lama! Sukacita Tuhan dapat menjadi milik kita saat ini jadi mari kita beryanyi bersama.

Renungkan, kini Dia hadir bersama-sama kita;
Simak perintah-Nya yang memberkati, dan taatlah;
Dengar suara-Nya yang lembut berkata:
Datang kepada Juruselamat, marilah.
Kelak betapa penuh sukacita pertemuan kita,
Kala hati menjadi murni, bebas dari dosa,
Dengan-Mu, Juruselamat, kita akan bersama,
Dalam Rumah yang baka.





Senin 3 September                                                                                 Nehemia 8:1-10

Apakah Sukacita?

Karena Tuhan itulah perlindunganmu! (ayat 10).

Kata bahagiatidak cukup memuaskan, sungguh! Tentu, senang rasanya bisa berbahagia saat ini. Tetapi sukacita itu jauh lebih dalam, melampaui kebahagiaan tingkat tertinggi sekalipun. Mengapa bisa demikian? Sebab sukacita yang sejati dan murni berasal dari Tuhan – hanya dari Dia saja
Adalah jaminan mulia ketika kita menjadi milik Kristus; kepastian bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Dosa-dosa kita diampuni dan dilupakan. Kita menjadi suci, bersih seputih salju. Ini seperti yang Ezra sampaikan kepada umat Israel: ‘Hari ini adalah kudus bagi Tuhan Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!’ (ayat 9). Sungguh sukacita besar!
Ketika kita diselamatkan, kita diubahkan. Karena sukacita Tuhan, kita tidak lagi ingin melakukan atau terlibat dalam hal-hal yang dulu pernah memikat kita. Fokus kita telah berubah; prioritas kita telah bergeser; tujuan kita menjadi baru dan berorientasi pada Tuhan. Kita telah beralih dari maut kepada hidup. Sungguh sukacita besar!
Sukacita tiada lain adalah tentang dipenuhi oleh Roh Kudus dan merasakan hadirat-Nya. Martyn Lloyd-Jones, dalam salah satu bukunya, mengulas tentang Thomas Goodwin – seorang Puritan yang hidup 300 tahun lampau yang bercerita tentang seorang ayah dan putranya yang berjalan bersama, bergandengan tangan:
Sang anak tahu bahwa ia adalah anak dari ayahnya, dan ia tahu bahwa ayahnya mencintainya, dan oleh karenanya ia bersukacita, dan berbahagia. Sama sekali tidak ada keraguan tentang hal itu, tetapi tiba-tiba sang ayah, tergerak oleh dorongan hati, memegang tangan anaknya dan menggendongnya, menimangnya, menciumnya, memeluknya, menghujaninya dengan cinta, kemudian menurunkannya dan mereka terus berjalan bersama. Itu saja!Roh Kudus bersaksi bersama-sama dengan roh kita.’
Seperti yang disampaikan oleh perikop kita hari ini, sukacita Tuhan adalah kekuatan kita dalam semua kondisi. Sukacita yang murni dan kudus yang diungkapkan oleh Tuhan dengan mengangkat kita, menggendong kita dan menghujani kita dengan kasih-Nya; lalu menurunkan kita ketika Dia tahu kita sudah siap; kemudian berjalan bersama kita, bergandengan tangan.
Jadi, apa itu sukacita? Sukacita adalah mengetahui bahwa Tuhan selalu bersama kita. Dan bahwa Dia mengasihi kita melampaui segala imajinasi kita. Itu saja!  

Tindakan
Mari kita membawa sedikit sukacita dalam hidup seseorang mungkin lewat telepon, email, atau kata-kata dorongan. Hal ini juga akan membawa sukacita dalam hati Tuhan!
















Selasa 4 September                                                                               Mazmur 96

Menemukan Sukacita

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi! (ayat 1).

Saya mendapat kehormatan menjadi bagian dari Staff Songsters (Paduan Suara) Kanada yang baru terbentuk. Sungguh sukacita besar berkumpul setiap minggu dan menyanyi bagi Tuhan’! Belajar lagu-lagu baru’, kemudian membagikannya kepada banyak orang lainnya.
Namun barangkali tidak semua orang suka menyanyi. Jadi bagaimana menemukan sukacita penuh? Sebab bagaimanapun juga, sukacita adalah hak kita sesungguhnya, sebab kita semua terlahir dengan kapasitas untuk mengasihi dan bersukacita. Dan sukacita penting bagi kesejahteraan rohani kita berapapun usia atau kondisi hidup kita.
Sebuah buku kecil di perpustakaan saya menguraikan beberapa cara di mana melaluinya kita bisa menemukan sukacita. Berikut ada sedikit dari cara-cara yang tertulis di sanadengan beberapa komentar tambahan:
Bangunkan api batin Anda. Ketika kita mengizinkan sukacita mengalir dalam diri kita, maka sukacita akan menyulut api transformasi yang melampaui semua pengertian duniawi dan konvensional. Kita seketika penuh gairah hidup!
Biarkan sukacita meresap dalam diri. Sukacita akan memenuhi kitaberesonansi dengan seluruh keberadaan kita. Barulah pada saat itu kita sepenuhnya hidup dalam Kristus!
uangkan waktu untuk kegembiraan. Tuhan ingin kita menikmati hidup sepenuhnya; agar pekerjaan dikesampingkan untuk sementara waktu. Sungguh kegembiraan yang luar biasa menjadi milik kita!
Kenali sukacita palsu. Apakah kita melakukan sesuatu karena kita takut ketinggalan hal-hal tertentu? Kiranya kita setiap hari mencari hikmat Tuhan.
Berkat hari ini: sebab hari ini tidak akan pernah kembali lagi. Mari kita mencari sukacita dalam waktu 24 jam yang Tuhan berikan kepada kita. Sungguh satu karunia, satu berkat besar, jam-jam yang sedang kita jalani sekarang!
Kewajiban testimoni jika Anda berkata saya sudah muak. Maka kewajiban-kewajiban itu akan mendorong keluar energi negatif. Katakan dengan lantang: ‘Saya sungguh-sungguh; Saya sanggup; Saya mau; Saya bersedia melakukannya.’
Menerima tarian perubahan. Perubahan memang terjadi. Mari kita mengerjakan perubahan dengan cara-cara yang mendatangkan perasaan sukacita yang sangat besar.   
Sederhanakan hidup Anda. Singkirkan semua kekusutan: urusan fisik, tetapi juga urusan emosional, dan memberikan lebih banyak waktu untuk menikmati sukacita Tuhan.
Hidup dalam komunitas dengan semua orang. Hal ini penting untuk mengalami sukacita sejati. Saling menemani: dalam duka, dalam suka. Kebersamaan.
Ingat, semua kasih adalah kasih Tuhan. Kasihi Tuhan dengan segenap hati kita, dan kasihi sesama dengan seluruh keberadaan kita. Sukacita besar jadi milik kita!

Doa
Terima kasih, Tuhan, untuk karunia sukacita yang berharga. Terima kasih untuk musik; untuk begitu banyak hal dalam hidup! Kiranya aku, pada gilirannya nanti, menolong orang lain menemukan sukacita sejati.








Rabu 5 September                                                                                             Ester 9:18-22

Menemukan Sukacita Dalam Kegelapan

dukacita mereka berubah menjadi sukacita (ayat 22).

Bagaimana mungkin kita bisa menemukan sukacita saat kita diterpa kegelapan? Penderitaan; dukacita; kesedihan; sakit hati; kesengsaraandi mana sukacita? Kemarin kita membahas beberapa perkara yang disebutkan dalam sebuah buku kecil yang tersimpan di rak buku saya. Izinkan saya untuk mengikhtisarkan beberapa pemikiran dari berbagai sumber, dan menambahkannya ke dalam pengamatan dan ulasan yang berkaitan dengan menemukan sukacita dalam masa-masa kehidupan yang sangat sulit:
Kendalikan sesuatuapapun itu. Kita harus selalu memusatkan pikiran kita kepada Tuhan, sebab kita tahu Dia yang memegang kendali; lalu menggapai untuk ‘mengendalikan’ sesuatu sendiri seperti berjalan, beristirahat, bernyanyi.
Senantiasa terhubung. Pertama dengan perasaan kita; kemudian dengan sahabat. Dan yang terpenting, dengan Tuhan Yang Mahakuasa.
Apa yang harus dilakukan jika Anda berhenti. Berdamai. Kerjakan sesuatu yang membuat kita rileks, seperti berjalan kaki, musik, beristirahat. Tarik nafas dalam-dalamdan, tentu saja, berdoa.
Katakantolongkepada alam semesta. Mengakui bahwa kita butuh bantuan adalah sesuatu yang sangat besar. Jangan pernah malu untuk meminta bantuan kepada orang lain, dan terutama kepada Bapa Surgawi kita.
Bebaskan rohmu. Mari kerjakan apa yang perlu kita kerjakan: menyanyi, menari, berlari, melukis, menjahit, berolah raga, atau sekadar bermain.
Ekspresikan ucapan syukur. Betapapun putus asanya kita, kita dapat selalu menemukan hal-hal yang dapat kita syukuri. Mari sebutkan, satu per satu.
Perikop Alkitab hari ini berbicara tentang bagaimana kesedihan orang Yahudi berubah menjadi jamuan pesta. Jadi, apapun yang kita alami, mari kita selalu ingat Tuhan sungguh menyertai kita di setiap langkahdan Ia akan mengembalikan sukacita dalam hidup kita.

Doa  
Yesus, jauh di lubuk hatiku hidup satu pribadi sukacitapenghuni kecil bersayap yang suka bernyanyi meniti semua kejadian yang mendukakan. Dia adalah saudara dukacita, yaitu sukacita. Aku sering berupaya memendam sukacita ini. Aku menguburnya. Aku merahasiakannya. Tetapi sulit merahasiakan sesuatu yang bernyanyi Bisakah malam menyembunyikan bintang-bintang? Atau matahari menutupi sinar keemasannya? Dapatkah gunung-gunung membungkus pohon-pohonnya? Tolong aku mengerti seni bernyanyi di tengah dukacitaku Yesus, Engkau adalah sukacitaku. Engkau alasan mengapa sukacitaku tidak pernah mati bahkan ketika aku menangis. Engkau adalah sang penghuni bersayap yang bernyanyi dan bernyanyi dan terus bernyanyi.’













Kamis 6 September                                                                                Mazmur 66:1-9

Memilih Sukacita

Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! (ayat 1-2).

Saat-saat bahagia menciptakan sukacita! Ketika kita terpilih untuk bermain dalam tim; ketika kita mendapatkan pekerjaan yang selalu kita idam-idamkan; ketika seseorang melakukan sesuatu yang menyenangkan kita; ketika kita menerima hasil pemeriksaan yang baik dari dokter. Namun hidup tidak selalu berjalan mulus, dan kadang kita berpikir hidup memperlakukan kita dengan tidak adil. Masihkah pada saat itu kita ‘memazmurkan kemuliaan’ nama-Nyadengan memilih sukacita di atas dukacita? Masih mungkinkah bagi sukacita untuk bertakhta ketika kita merasa lemah, rapuh dan rentan?
Saya pernah membaca satu kutipan singkat dari seorang penulis Tim Hansel: ‘Rasa sakit itu tidak bisa dihindari, namun kesengsaraan adalah pilihan’. Dengan kata lain, kita dapat memilih untuk tidak bersukacita, tenggelam dalam kesengsaraan kita; atau kita dapat memilih sukacita – bangkit dari semua yang membebani kita. Bagaimana kita melakukannya? Dengan memuji Tuhan dan meminta kekuatan dan keberanian dari-Nya.  Sukacita itu pilihan.
Berikut adalah kutipan lain yang dapat menolong kita melewati dukacita: Anda dan saya diciptakan untuk bersukacita, dan jika kita tidak bersukacita, maka kita kehilangan alasan keberadaan kita! Lebih jauh, alasan Yesus Kristus hidup dan mati di dunia adalah untuk memulihkan kita kepada sukacita yang lenyap dari kita Roh-Nya datang kepada kita dengan kuasa untuk percaya bahwa sukacita menjadi milik kita sebab Tuhan telah menjadikan hari ini bagi kita’.
Kita semua diciptakan untuk sukacita, bukan untuk kesengsaraan. Indah sekali! Tuhan berkehendak agar kita memilih sukacita setiap hari. Berikut adalah definisi yang baik yang kita dapat memahaminya: Sukacita adalah jaminan pasti bahwa Tuhan memegang kendali atas semua detail hidup kita, keyakinan teduh bahwa pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja, dan pilihan dengan kebulatan hati untuk memuji Tuhan atas segala sesuatu.’
Apakah kita ‘dengan kebulatan hatimempercayai Tuhan mutlak tanpa keraguan dengan memilih untuk bersukacita?

Doa
Tuhan, hari ini aku memilih untuk bersukacita. Ya, ada banyak hal yang membuatku khawatir, orang-orang yang masih kudoakan, dan karenanya aku memerlukan sukacita-Mu lebih dari sebelumnya. Terima kasih, Yesus!








Jumat 7 September                                                                                            Yesaya 35

Mengakhiri Dengan Baik Dan Penuh Sukacita

Dan orang-orang yang dibebaskan Tuhan akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan akan keluh kesah akan menjauh (ayat 10).

Beberapa dari Anda mungkin ingat film tahun 1993 berjudul Grumpy Old Men [Lelaki Tua Pemarah] yang dibintangi oleh Jack Lemmon dan Walter Matthau. Saya ingat pada saat itu, saya berharap tidak akan menjadi orang seperti itu juga diam-diam berharap suami saya tidak akan pernah menjadi orang semacam itu! Sebaliknya, kami berdua akan menjadi tua dengan keanggunan, dengan apa adanya; bahwa kami berdua akan mengakhiri hidup dengan baik, dengan kebahagiaan dan sukacitatertambat di lubuk hati kami.
Saat menulis renungan ini, saya mulai melihat ‘masa pensiun’ dalam waktu yang tidak terlalu lama. Saya menulis kata pensiun dalam tanda kutip, sebab siapakah di antara kita yang benar-benar pensiun dari bekerja di ladang Tuhan? Ya, kita mungkin pensiun dari pekerjaan atau posisi resmi di tempat kerja kita. Kita umumnya mengambil tanggung jawab baru, bahkan mungkin jenis pekerjaan yang berbeda yang membawa kita ke tahap kehidupan yang berbeda. Apapun situasi kita, seyogianya tujuannya adalah agar kita mengakhirinya dengan baik, sembari mengalami perasaan teguh akan sukacita Tuhan yang luar biasa.
Namun kadang di saat kita semakin menua, banyak masalah semakin mengusik kita. Kita menjadi lebih kritis saat usia kita matang, berpikir kita mengerjakan semua urusan dengan jauh lebih baik pada zaman kita. Kita melihat generasi yang lebih muda, dan bahkan generasi penerus mereka, dan merasa kondisi perlahan-lahan bertambah buruk. Pemikiran seperti ini, dan perilaku semacam ini, pada akhirnya akan mencuri sukacita kita. Dan kita akan menjadi orang-orang yang kalah.
Sebaliknya, kita dapat memiliki pengaruh yang sedemikian positif terhadap orang lain! ketika orang-orang yang lebih muda memandang generasi yang ‘lebih tua’ dipenuhi oleh sukacita hidup, maka hal ini akan sangat mendorong mereka untuk berjuang memiliki sukacita yang sama.   
Dalam versi asli lagu pujian ‘Awake, my soul, and with the sun’ [BNBK #440 B’rilah berkat-Mu, Allah, Hu!]’ Thomas Ken menulis, ‘Jalani hari ini seolah-olah hari terakhirmu.’ Kata-kata yang bijak. Sudah pasti saya tidak ingin menghabiskan hari-hari terakhir saya di dunia menjadi seorang pemarah! Dan saya yakin Anda pun demikian. Sebaliknya, mari kita jalani momen ini untuk Tuhan, supaya kita semua dapat mengakhirinya dengan baik.

Doa
Beriku hati yang penuh sukacita, dan jadikanku lebih serupa-mu, ya Tuhan!




Sabtu 8 September                                                                                Amsal 8:22-33

Sukacita Dalam Hadirat-Nya

Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada (ayat 22-23).

Amsal kita hari ini berbicara tentang hikmat, dan tentang menemukan sukacita dengan cara memanfaatkan anugerah Tuhan yang luar biasa hanya untuk kita. Hikmat adalah sudah pada zaman purbakala dibentukuntuk menolong kita menjalani hidup dengan penuh sukacita dari hari ke hari karena berbahagialah mereka yang memelihara jalan-jalanku (ayat 32). Sukacita mengangkat roh kita dan roh-roh orang lain; sukacita memampukan kita melewati masa-masa sukar; sukacita mengekspresikan kasih dan ucapan syukur kita kepada Tuhan atas kehadiran-Nya setiap hari.
Ini bukan hanya tentang menerima hikmat Tuhan satu kali. Ini tentang meminta hikmat-Nya setiap hari, untuk memampukan kita berlayar melewati situasi kehidupan dan menemukan sukacita dalam menjalani hidup. Hikmat lalu berbicara:

...aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku (ayat 30-31).

Apabila hikmat dapat bersukacita dalam Penciptaan – dan terutama dalam penciptaan umat manusia – bukankah demikian juga dengan kita, mengalami perasaan sukacita yang melimpah dalam Tuhan? Ya, kita semua pernah mengecewakan Tuhan di masa lalu. Sangat mengecewakan! Tetapi sekarang kita dapat bersukacita dalam hadirat-Nyasemuanya karena kasih karunia-Nya yang menakjubkan. Bruder Lawrence menuliskannya demikian:
Ku rasa tepat untuk mengatakan pada Anda sesudah dengan saksama merenungkannya di hadapan Tuhan, yang ku pandang sebagai Raja. Aku anggap diriku yang paling celaka, penuh cela dan kecurangan, dan yang telah melakukan segala macam kejahatan melawan Raja. Dijamah oleh penyesalan yang dalam aku mengaku di hadapan-Nya semua kedurjanaanku; aku meminta pengampunan-Nya; ku serahkan diriku ke tangan-Nya agar Dia melakukan apapun yang dipandang-Nya baik. Sang Raja, penuh belas kasihan dan kebaikan, sama sekali tidak menghukumku, sebaliknya Dia memelukku dengan kasih, mengundangku makan di meja-Nya, melayaniku dengan tangan-Nya, memberiku kunci harta-Nya; tak henti-hentinya Dia berbicara denganku dan bergembira karena keberadaanku, dengan seribu cara, dan dalam segala hal Dia memperlakukanku sebagai kesayangan-Nya. Oleh karenanya dari waktu ke waktu aku beria-ria dalam hadirat-Nya’.

Beginilah sukacita dalam hadirat Tuhan yang kudus. Aku berdoa kiranya hari ini sukacita dalam hadirat-Nya nyata kita alami!






Minggu 9 September                                                                             1 Korintus 15:50-58

Mari Bersukacita

Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah ditelan dalam kemenangan” (ayat 54).

Terlalu banyak yang dapat kita syukuri kepada Tuhan, bukan? Kristus datang ke dunia sebagai seorang bayi, hidup di tengah-tengah umat-Nya, dan mengorbankan nyawa-Nya di Kayu Salib supaya kita dapat diampuni, diselamatkan, dan mengalami kehidupan kekal bersama-Nya di Surga. Itulah kemenangan! Yang memenuhi hati kita dengan sukacita:

Mari bersukacita, kemenangan perang tiba,
Kegelapan takluk, maut binasa, hidup bersukacita! Haleluya!
Dari zaman ke zaman bangsa-bangsa bangkit
Lebih seperti kemurkaan-Nya tersulut. (SASB 226 ayat 1)

Percy Dearmer meraih pendidikan di Swiss dan Oxford, Inggris, pada akhir tahun 1800an dan ditahbiskan pada tahun 1891. Ia mengedit English Hymnal* 1906 bersama Ralph Vaughan Williams. Ketika menggubah lagu pujian kita hari ini, ia barangkali memaksudkannya untuk Paskah, namun lagu pujian ini dapat dinyanyikan kapan saja sepanjang tahun, sebab syairnya sarat dengan sukacita yang besar:

Sukacita datang kembali! Semua kan berakhir indah,
Sahabat yang terenggut di Surga kan bersatu kembali! Haleluya!
Penghujung semua perjalanan adalah kasih,
Dan dibangkitkan bersama Dia ke Surga. (ayat 2)

Akan sangat membahagiakan ketika suatu hari nanti kita dipersatukan kembali dengan keluarga dan sahabat di Surga. Bayangkan mereka semua, sekarang juga. Sungguh hari yang teramat membahagiakan! ‘Sukacita abadi’, seperti syair dalam ayat ketiga. Jadi mari kita menyanyikan atau membaca ayat terakhir, bersama dengan koornya, yang hanya merupakan pengulangan dari kata ‘Haleluya’:

Kuasa-Mu tak terbatas, Engkau Allah Maha Tinggi,
Tak mungkin anak-Mu gentar hadapi maut? Sukacita abadi! Haleluya!
Kebenaran-Mu pahala, kasih-Mu mengampuni;
Ku tahu Penebusku hidup.
            Haleluya, haleluya, haleluya, haleluya, haleluya!

* Buku Nanyian yang diterbitkan tahun 1906 untuk Gereja Inggris oleh Oxford University Press. Buku Nyanyian diedit oleh seorang pendeta dan penulis Percy Dearmer dan seorang komposer dan sejarawan musik Ralph Vaughan Williams, dan merupakan publikasi yang penting dalam sejarah musik Gereja Anglikan.




Senin 10 September                                                                               Yesaya 1:12-20

Terpilih   

Penglihatan yang telah dilihat Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem dalam zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda (ayat 1).

Yesaya hidup di zaman ketika kekaisaran berupaya untuk saling mendominasi dengan cara apapun beberapa upaya lebih berbuah dibandingkan upaya-upaya lainnya. Israel adalah negara kecil yang berjuang untuk bertahan hidup. Tetapi bangsa Israel adalah umat pilihan Tuhan dan, jika mereka setia, Dia akan menyertai mereka.  
Seseorang perlu menjadi suara Tuhan, untuk berbicara kepada umat-Nya atas nama-Nya. Karenanya kita diperkenalkan kepada Yesaya. Nama-Nya berarti keselamatan yang dari Tuhan’ – satu gambaran, sungguh, tentang keseluruhan kitab. Sebab keselamatan Tuhan, dalam banyak hal, berkait dengan pembebasan umat-Nya: dari invasi bangsa Asyur (pasal 36-37); dari penawanan bangsa Babel (pasal 40); dari dispersi di antara orang-orang non-Yahudi (pasal 11-12); dari dilepaskannya orang-orang berdosa yang terhilang dari penghakiman (pasal 53); dan pembebasan kita semua dari belenggu dosa pada waktu Kerajaan yang baru pada suatu hari nanti didirikan (mengacu pada pasal 60 dan 66). Haleluya!
Kepada kita diberitahukan bahwa Yesaya adalah anak Amoz dan bahwa ia menikah dengan seorang nabiah (lihat 8:3) – yang kemungkinan keduanya mendapat penglihatan kenabian. Mereka mempunyai dua orang anak laki-laki, yang nama-namanya juga menceritakan sesuatu tentang kitab ini: Syear Yasyub (lihat 7:3) – yang berarti kaum tersisa akan kembali’; dan Maher-Syalal Hash-Bas (lihat 8:1-4) – yang berarticepat menjarah, lekas mengangkut jarahan’. Ya, penghakiman, tetapi juga pemulihan.
Seorang anak, suami, ayah dipilih oleh Tuhan untuk menerima penglihatan, lalu menjadi juru bicara Tuhan bagi bangsa yang memerlukan pertobatan:

Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (ayat 18).

Kita adalah orang-orang biasa, seperti Yesaya, namun dipilih untuk menjadi juru bicara Tuhan. Dan meskipun dosa-dosa kita merah seperti kirmizi, mereka dapat menjadi putih seperti salju oleh karena YesusPembebas kita.

Doa
Tuhan, saat kami membaca kitab yang berkuasa ini, kiranya kami dikuatkan dan semakin terbeban untuk menceritakan kepada orang lain tentang kasih karunia-Mu yang menyelamatkan.





Selasa 11 September                                                                                         Yesaya 4:2-6

9/11

Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan Tuhan akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput (ayat 2).

Hari itu hari Selasa. Tujuh belas tahun silam. Satu hari yang terukir dalam benak kita selamanya – 11 September. Dunia menyaksikan layar televisi dengan kengerian dan keterkejutan yang mendalam, melihat Menara Kembar World Trade Center di New York runtuh di depan mata. Kehilangan nyawa yang sangat besar adalah sesuatu yang cukup tragis, namun fakta bahwa teroris dengan sengaja mengikhtiarkan dan menjalankan rencana yang jahat ini mengindikasikan bahwa tidak seorangpun yang betul-betul aman. Oleh karena kelompok-kelompok teroris yang ekstrim, rasa takut masih tertinggal dalam bayangan. Peristiwa ‘9/11’ yang lain mungkin saja menunggu di pojok sana. Ada masa-masa yang menakutkan.
Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita berhenti sejenak untuk mengingat semua orang yang kehilangan nyawa mereka pada hari yang mengerikan itu dan mendoakan keluarga yang ditinggalkan. Kita juga berdoa bagi ribuan relawan yang masih terpengaruh oleh trauma yang terjadi. kita mengingat juga orang banyak di seluruh dunia yang saat ini sedang menderita karena perang dan ketidakadilan yang mereka dan keluarga mereka alami. Tuhan Allah, anugerahkan mereka damai sejahtera-Mu yang sempurna, ini doa kami.
Tetapi suatu hari dan ini adalah pengharapan besar kita, seperti diperingatkan oleh YesayaTuhan akan datang kembali dalam seluruh keagungan-Nya. Dan betapa mulianya saat itu! Sebab hasil tanahakan dipulihkan, dan seluruh umat Tuhan akan dihiburkan dan dipenuhi dengan sukacita:

Apabila Tuhan telah membersihkan kekotoran … (ayat 4).

Ya, hari itu akan datang dan tidak akan ada lagi perang, tidak ada lagi teror, tidak ada lagi kebencian. Perasaan damai sejahtera yang dalam akan menembus segala sesuatunya. Semua karena ‘Sang TunasTuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus akan memerintah:

sebab di atas semuanya itu ada kemuliaan Tuhan sebagai tudungsebagai perlindungan dan persembunyian terhadap angin ribut dan hujan (ayat 5-6).

Kita berdoa untuk damai sejahtera. Kita berdoa supaya berakhir semua yang terkait dengan kebencian. Tetapi sampai tiba hari itu, kiranya kitaumat Tuhanterbukti setia kepada Dia sampai kita memandang Tuhan muka dengan muka.




Rabu 12 September                                                                                           Yesaya 6

Penglihatan Spektakuler

Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya! (ayat 3).

Perikop Alkitab hari ini memberikan kepada kita barangkali salah satu penglihatan yang paling kuat dan indah dari seluruh Perjanjian Lama. Pastinya Yesaya terkagum-kagum melihat Tuhan dalam keagungan dan kemuliaan-Nya:

...aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci (ayat 1).

Bisakah Anda membayangkannya? Apa warna pakaian yang dikenakan-Nya? Dan bagaimana dengan jubah-Nya yang panjang? Sudah pasti satu pemandangan yang spektakuler!  
Yesaya melanjutkan:

Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang (ayat 2-3).

Serafim menyerukan bahwa Tuhan itu kudus dengan suara yang sangat keras sampai-sampai tiang pintu dan ambang pintu bergetar!
Yesaya berteriak:

Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir’ (ayat 5).

Nabi sadar akan keberdosaan dan ketidaklayakannya untuk dipanggil oleh Tuhan. Tetapi sesuatu terjadi, yang mengubah semuanya:

Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: “Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni’ (ayat 6-7).

Kemudian, Tuhan berkata kepada Yesaya apakah dia bersedia untuk melayani Dia. Tanggapan nabi? Ini aku, utuslah aku!Berapapun usia atau kondisi Anda, Tuhan hendak mengampuni dan menyucikan kita lalu kita dapat dipakai oleh Dia. Karenanya, baraapakah kita merasakannya di bibir kita? Jika ya, apapun yang Ia minta dari kita, kita diperintahkan untuk menjawab, ‘Ini aku, utuslah aku!’ (ayat 8).




Kamis 13 September                                                                              Galatia 1:1-12

Takjub!

Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusiatetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus (ayat 11-12).

Surat Paulus kepada jemaat Galatia adalah surat yang sangat penting bagi kita pada zaman sekarang, sebab surat itu menentang legalisme [ketaatan secara ketat pada hukum]. Kehidupan Kristen tidak dimaksudkan untuk tidak melakukan ini atau itu. Sebaliknya, kita dibebaskan di dalam Kristus untuk mengerjakan semua yang dikehendaki-Nya dari kitadan dengan demikian, kita memberikan seluruh pujian kepada Tuhan.
Dalam kitab Galatia, kebebasan baru yang ditemukan dalam Kristus tengah mengalami serangan. Karenanya rasul merasakan pentingnya untuk membela kebenaran yang terdapat dalam Injil.
 Paulus mengawali perkataannya dengan lembut:

Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus (ayat 3).

Betapa kita semua memerlukan kasih karunia dan damai sejahtera Tuhan dalam hidup kita! Dan dengan kedua berkat ini, kita dapat melewati situasi apapun yang hidup sajikan di hadapan kita. Kasih karunia untuk menerima; damai sejahtera yang membawa penghiburan.
Lalu Paulus sampai pada inti perkataannya:

Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. (ayat 6-7).
Tahukah Anda, orang-orang percaya di Galatia merasa goyah, ragu terhadap iman mereka. Terdengar akrab? Injil tiba-tiba tidak lagi memiliki makna sebab Injil berkaitan dengan gaya hidup atau komitmen seseorang. Sangat tragis ketika hal ini terjadi, dan posisi yang sangat membahayakan bagi siapapun.
Paulus menyerukan kepada jemaat Galatia, mengingatkan mereka dan kitabahwa Injil adalah kebenaran; satu-satunya kebenaran. Yesus datang ke dunia untuk mati bagi doa-dosa kita, supaya kita dapat ditebus; dan Dia dibangkitkan supaya kita mendapatkan hidup kekal bersama Dia. Kenyataan ini tentunya membuat takjub orang-orang pada zaman itu dan kita pada zaman sekarang sampai pada titik di mana kita tidak lagi pernah ingin memutarbalikkan kebenaran. Heran sebab Kristus mau mengasihi kita semua sampai sedemikian rupa!

Doa
Tuhan Allah, kiranya kami terus merasa takjub akan diri-Mu, dan akan kelimpahan berkat yang tercurah atas kami setiap hari!



Jumat 14 September                                                                            Galatia 2:11-21

Dilahirkan Kembali

Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (ayat 20).

Banyak orang Kristen saat ini menghindari penggunaan istilah ‘lahir baru’, barangkali merasa istilah tersebut menghalau orang dan karenanya mereka tidak lagi aktif memperkenalkan orang lain kepada Kristus. Namun kita tidak dapat menyebut diri orang Kristen apabila kita tidak dilahirkan kembali. Lahir ke dalam hidup baru dalam Kristus yang, seperti ditekankan oleh Paulus dalam perikop hari ini, yang hidup di dalam kita. Luar biasa! Pengalaman yang menyadarkan betapa tidak layaknya kita. Dan, ya, yang misterius.
Ketika kita dilahirkan kembali kita menjadi ciptaan baru dalam Kristus; sebab pada waktu itu Tuhan menjadi orangtua rohani kita, yang menapaskan ke dalam diri kita hidup yang baru. Kita memiliki tubuh yang sama, namun hidup kita menjadi baru dan penuh semangat saat kita menjalani hidup dari hari ke hari, oleh iman, dalam Kristus. Kita menjadi rindu untuk lebih serupa Yesusyang mengasihi kita dan memberikan nyawa-Nya bagi kita. Bruder Lawrence menuliskannya demikian:
Ketika kita memelihara kesetiaan di hadirat-Nya yang kudus dan menempatkan Dia selalu di depan kita, hal ini tidak saja menghindarkan kita dari menyinggung Dia dan melakukan apapun yang tidak menyenangkan Dia, setidaknya dengan sengaja, tetapi juga melahirkan kita ke dalam kebebasan yang kudus Ucapkan syukur pada-Nya, maukah Anda, bersama-sama dengan saya, untuk kebaikan-Nya yang teramat besar kepada kita, yang tidak habis-habisnya kita kagumi, untuk begitu banyaknya pertolongan yang diperbuat-Nya bagi kita, orang-orang berdosa yang malang ini. Kiranya seluruh pujian adalah bagi Dia. Amin’.
Apakah mudah untuk berlaku ‘setia’ dan mengucap ‘syukur’ pada Tuhan, ketika masalah datang bertubi-tubi, yang mengusik hidup kitamasalah-masalah yang mendatangkan duka, kesedihan dan rasa sakit? Barangkali tidak. Tetapi, seperti jemaat Galatia dahulu kala, kita adalah umat yang telah ‘dilahirbarukan’. Dan oleh sebab itu kita dapat dengan bebas memegang tangan Tuhan meminta-Nya menuntun dan mengarahkan kita; bahkan meminta-Nya memegang tangan kita bilamana kita memerlukannya. Sebab, meskipun kita hidup ‘dalam tubuh’, kita juga ‘hidup oleh iman dalam Anak Allah’.
Lahir kembali! Kristus hidup dalam kita oleh Roh Kudus yang mulia. Penyatuan yang tidak ada bandingannyayang memberi kita keberanian, penghiburan, keyakinan, kepuasan penuh. Sungguh persekutuan yang indah! Oh, sungguh sukacita ilahi!








Sabtu 15 September                                                                              Mazmur 35:1-10

Perlindungan

Berbantahlah, Tuhan, melawan orang yang berbantah dengan aku, berperanglah melawan orang yang berperang melawan akukatakanlah kepada jiwaku: “Akulah keselamatanmu!” (ayat 1, 3 NLT).

Setiap orang memerlukan perlindungan: laki-laki, perempuan, anak-anak. Perlindungan fisik sangat penting. Namun demikian juga perlindungan terhadap pelecehan emosi dan, bahkan dalam beberapa kasus, pelecehan rohani. Tempat yang aman untuk didatangi sangat fundamentalseperti dalam batas-batas gereja. Tetapi mungkin juga di kamar, berhadapan dengan orang yang kita percayai. Dan yang terpenting, kita memerlukan jaminan bahwa Tuhan melindungi kita memberi kita kekuatan untuk menghadapi situasi apapun, dan keberanian untuk bergerak maju dalam perjalanan rohani kita.
Dalam mazmur kita hari ini menarik sekali bahwa Daud, terutama pada awal hidupnya yang adalah seorang pejuang yang luar biasaberseru kepada Tuhan meminta perlindungan. Namun sering kita mendapati Daud berada dalam pelarian, mati-matian berusaha melarikan diri dari musuh-musuhnya. Bagaimana dia mengatasi masalah ini, bersembunyi dalam gua-gua dan terus-menerus bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya? Dalam novel sekuler, yang berpusat pada kehidupan Daud, penulis Geraldine Brooks menuliskan bagaimana musik sepertinya meredakan ketakutan Daud ketika berada di bawah tekanan besar. Ia menulis (berbicara dari narasi suara nabi Natan):
Mereka yang tahu dan mencintai musik merasakan ikatan instan dengan dia [Daud]. Anda tidak dapat menyelaraskan dalam lagu atau permainan instrumen tanpa mendengarkan orang lainnya, merasakan kapan saatnya keras dan kapan saatnya lembut, kapan saatnya memimpin dan kapan saatnya mundur. Menurut saya hanya sedikit orang yang mengerti kaitan antara berperang dan membuat musik, tetapi pada malam-malam panjang, ketika bayangan nyala api terlihat pada dinding gua dan suara-suara berpadu dan memuncak bersama dia, saya belajar kesatuan di antara keduanya.’

Ya, musik adalah terapi dalam berbagai macam situasi, baik itu dalam skenario perang yang sesungguhnya atau jenis krisis lainnya. Tetapi yang terpenting adalah mengetahui Tuhan tidak saja mengawasi kita, tetapi juga memperhatikan kita menjaga agar kita aman dari jenis bahaya apapun. Perlindungan. Oleh sebab itu, kita memuji Tuhan:

Segala tulangku berkata: “Ya, Tuhan, siapakah yang seperti Engkau?”(ayat 10).

Tiada seperti Dia!







Minggu 16 September                                                                           Mazmur 98

Nyanyikanlah Nyanyian Bagi Tuhan

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib (ayat 1).

Hari ini kita belajar satu lagu yang mungkin baru bagi kebanyakan orang. Tetapi hal ini jangan sampai menggentarkan atau membuat kita kecil hati, bahkan mencegah kita untuk melangkah pada sesuatu yang lebih familier. Sangat bagus untuk mengenal lirik dan lagu baru, melihat bagaimana lagu tersebut relevan dengan perjalanan rohani kita. Kata-katanya dimulai sebagai berikut:

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan:
Sebab perbuatan tangan-Nya mengagumkan;
Dianugerahkannya pada kita keselamatan,
Dengan tangan dan lengan-Nya yang kudus... (SASB 344 ayat 1)

Michael Baughen, seorang pensiunan uskup Anglikan, terkenal di Inggris sebagai seorang pengkhotbah, penulis dan musisi yang berpengalaman. Ia telah banyak menulis himne dan lagu-lagu yang pernah dinyanyikan di berbagai tempat, termasuk di gedung  Royal Albert Hall yang terkenal di London.
Lagu pujian hari ini menyatakan betapa baiknya menyanyikan lagu ibadah yang barubarangkali supaya kita jangan pernah lagi menyanyi karena kebiasaan atau ritual. Baru itu penting dan perlu, sebab hal baru membawa pandangan segar. Dan demikianlah seharusnya saat kita memandang Tuhan dalam kemuliaan dan keagungan-Nya.
Dalam ayat 2 kita diperintahkan untuk memuji Tuhandengan ucapan syukur’ – melakukannya dengan harpa dan sangkakala. Merengkuh roh sukacita sembari menghormati Raja atas segala raja. Ayat terakhir mendorong kita untuk ‘bersukacita bersama’ – bergabung dengan seluruh ciptaan memuji Tuhan. Mengapa?

Biar seluruh bumi bersukacita,
Dengan ucapan syukur puji Dia.

Mari bersukacita, sekarang juga, sembari bersujud di hadapan Pencipta dalam doa.

Doa
Bapa, kami naikkan pujian kepada-Mu hari ini karena Engkaulah Tuhan. Untuk damai sejahtera dan sukacita yang Engkau anugerahkan, setiap harisemua karena kasih-Mu yang besar bagi kami. Kiranya kami selalu menyanyikan lagu baru dalam hati, hanya bagi-Mu!














Senin 17 September                                                                   Yesaya 7:10-17; 9:1-7

Tanda Pengharapan

Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (7:14).

Yesaya tahu ia harus mengkonfrontasi bangsanya sendiri dengan dosa-dosa mereka. Bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan! Nabi Yesaya juga sadar bahwa pesan yang disampaikannya seolah membentur tembok. Namun Tuhan mengingatkannya bahwa meski sebagian orang terus menolak Tuhan, akan ada umat sisa yang setia. Karenanya Tuhan memberikan tanda pengharapan berikutnya untuk hari-hari mendatang: anak itu akan dinamakan ImanuelTuhan beserta kita!
Suatu hari nanti Mesias akan datang. Dan janji ini hendak menyatakan kepada umat-Nya bahwa Ia hadir bersama mereka dan untuk mereka. Harapan adalah milik mereka apapun yang mereka hadapi. Mesias yang akan datang kelak itu tidak ada yang menyamai Dia:

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai (9:6).

Kita tahu Imanuel sudah datangdan akan datang lagi kelak. Inilah pengharapan kita. Jadi bagaimana kita seharusnya menjalani hidup untuk memastikan pengharapan ini adalah milik kita dengan cara yang sangat pribadidan bahwa kita akan siap menyambut kedatangan-Nya yang kedua?
Bangsa Israel memilih untuk berjalan dalam kegelapan, daripada dalam terang; memilih untuk terus berbuat dosa, daripada mencari pengampunan; memilih untuk mengabaikan pesan pengharapan, sebaliknya menikmati keberdosaan mereka. Mungkinkah hal ini menggambarkan kita?
Kiranya kita mengambil waktu sejenak untuk merenungkan tentang Tuhan Yang Mahakuasa dan siapa Dia, bagi kita, hari ini:
Penasihat Ajaib. Tuhan menuntun, mengarahkan, menasihati dan menghibur kita. Dan Dia sungguh luar biasa!
Allah yang Perkasa. Tuhan adalah kekuatan kita di saat kita lemah. Dia menolong kita dalam, dan melewati, setiap situasi yang hadir dalam hidup.
Bapa yang Kekal. Tuhan dahulu, sekarang, dan selalu ada! Dan apapun yang kita hadapi, atau akan hadapi, Dia menyertai kita selalu!
Raja Damai. Betapa kita memerlukan damai sejahtera di dunia ini! Dan kita semua memerlukan damai sejahtera Tuhan yang sempurna dalam hidup kita!




Selasa 18 September                                                                             Yesaya 11:1-10; 12

Seorang Anak Kecil Akan Menggiring Mereka

Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan (11:1-2).

Yesaya tidak takut untuk mengkonfrontasi bangsanya dengan dosa mereka. Ia menyampaikan kepada mereka tentang murka Allah terhadap mereka dan penghakiman yang akan segera datang. Namun, di tengah-tengah semua malapetaka dan kekelaman ini, ia menyampaikan tentang pengharapan akan datang: suatutunasdari tunggul Isai’. Dari garis keturunan Raja Daud akan datang ‘Taruk’. Dan bersama dengan Taruk, dengan kedatangan Mesias, akan hadir damai sejahtera:

Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama (ayat 6).

Mungkin sebagian orang mengatakan sebagai pemandangan yang mengagumkan! Memesona. Semuanya karena Roh Tuhan ada pada binatang-binatang ini, apalagi pada kita! Akan ada kekacauan di sekitar kita, tetapi jauh di lubuk hati,  kita dapat memiliki damai sejahtera yang sempurna.
Kemudian Yesaya berkata:

dan seorang anak kecil akan menggiringnya (ayat 6).

Saya suka ayat ini! Kita semua melihat mereka di sekitar kita: anak-anak kecil, dalam kepolosan mereka, bersikap manis, murah hati, penuh kasih, dan lemah lembut sering membuat kita orang dewasa malu dengan tindakan impulsif, prasangka, dan ledakan amarah kita. Inilah keindahan dari kebajikan dan kemurahan sikap anak-anak yang memenangkan hati orang-orang. Anda pernah melihatnya, seperti saya pun pernah melihatnya, laki-laki dan perempuan tersentuh emosinya ketika anak-anak memegang tangan mereka, atau memberi mereka kecupan di pipi. Mengasihi seperti yang Tuhan kehendaki dari kita.
Entah itu seorang anak yang mempengaruhi kehidupan orang dewasa, atau hal lainnya yang menyebabkan orang-orang tersentuh hati mereka, kita diperintahkan untuk memberikan pujian kepada Tuhan untuk kebesaran-Nya:

Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi! Berserulah dan bersorak-sorailahsebab Yang Mahakudus. (12:5-6).

Doa
Lindungi semua anak-anak kami, Tuhan Yang Mahakuasa!




Rabu 19 September                                                                               Yesaya 14:9-17

Bintang Timur

“Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (ayat 12).

Tuhan kita Yesus Kristus menegaskan bahwa Dia berasal dari keturunan Raja Daud, yang disebutkan beberapa kali dalam kitab Yesaya, sebuah gelar yang memiliki makna yang indah ‘Bintang Timur’, yang dinyatakan kepada murid-Nya Yohanes dalam Kitab Wahyu:

Sesungguhnya Aku datang segera ... Aku, YesusAku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang (22:12, 16).

Namun, dalam perikop hari ini kita melihat bagaimana Iblis mengambil gelar itu untuk dirinya sendiri sesudah diusir dari Surga, dan yang sekarang berhasrat untuk naik ke tempat tinggi menyamai Tuhan dengan berkata:

Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang AllahAku hendak menyamai Yang Mahatinggi! (ayat 13-14).

Kata Lucifer, nama yang digunakan dalam Alkitab versi King James, adalah kata Latin yang berarti bintang timur’; tetapi bintangitu segera akan ditelan oleh terang dan dominasi matahari. Namun, Lucifer bersikeras untuk meniru Yesus Kristus, yang adalah Bintang Timur yang asli. Sejak permulaan waktu Iblis licik dalam semua cara-caranya.  Dia menggoda manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang mengerikan; perbuatan-perbuatan yang menyebabkan kehancuran dan kejatuhan, penderitaan dan sakit hati. Tetapi suatu hari, sama seperti ia diusir dari Surga, ia akan dilemparkan ke dalam Neraka untuk selamanya:

Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur (ayat 15).

Juga, kita mendapat kepastian ini:

Dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya (Wahyu 20:10).

Bagaimana dengan sekarang? Kita harus terus-menerus sadar bahwa Iblis hidup di dunia kita, berupaya untuk menarik orang menjauh dari Tuhan seringkali diawali dengan hal-hal kecil, untuk membuat kita menyimpang dari jalan yang benar. Karenanya mari kita selalu waspada, tetap berada dekat dengan terang Bintang Timuryang sejati Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus!




Kamis 20 September                                                                  Galatia 3:1-5, 26-29

Pesan Dalam Botol

Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah memesona kamu? (ayat 1).

Staff Songsters (paduan suara) Kanada diminta merekam lagu ‘Message in a Bottle’ untuk sebuah video yang akan dipresentasikan dalam kegiatan orang muda Bala Keselamatan. Sebagai anggota kelompok, saya, bersama-sama dengan orang-orang lainnya, belum pernah mendengar lagu ini sebelumnyabarangkali karena lagu ini dinyanyikan oleh band rock Inggris The Police, yang ditulis oleh basis sekaligus vokalis utama, Sting.
Liriknya menceritakan tentang satu-satunya manusia, yang terdampar di sebuah pulau, yang mengirimkan pesan dalam sebuah botol mencari cinta. Koornya mengulangi kata-kata ini: Aku mengirimkan SOS kepada duniaKuharap seseorang menemukan pesanku dalam botol.’ Setahun berlalu tanpa ada tanggapan. Lalu tiba-tiba, ‘seratus miliar botolmuncul di pantai. Orang yang terdampar di pulau itu menyadari bahwa ternyata ada banyak orang yang kesepian di luar sana, mencari persahabatan, mencari cinta, mencari makna hidup.
Paulus mengatakan kepada jemaat Galatia bahwa mereka adalah orang-orang yang ‘bodoh’ karena mengabaikan iman mereka kepada Kristus, karena dengan sangat cepat melepaskan kepercayaan yang baru saja mereka temukan. Mereka dipesonakan’, barangkali oleh orang-orang yang mengatakan kepada mereka bahwa Yesus tidak nyata, tidak otentik; bahwa iman kepada Kristus itu palsu dan untuk orang-orang yang lemah pikirannya. Apakah orang-orang mungkin melakukan hal-hal yang ‘memesona’ kita? Mereka mencoba untuk memikat kita menjauh dari apa yang kita ketahui sebagai kebenaran. Atau barangkali ada hal-hal yang terlihat cukup menarik dan memikat untuk membuat kita berbelok dari iman kita.

Sementara menulis kepada jemaat Galatia, Paulus mengingatkan kita:

Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus ... Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (ayat 26, 28).

Sungguh pesan yang luar biasa! Pesan yang tidak berasal dari sebuah botol, melainkan dari Tuhan sendiri. Pesan yang mengatakan bahwa kita semua adalah satudalam Dia, dan bahwa kita semua adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah’ (ayat 29).
Ini memang kabar baik! Dan karenanya, mari kita mengirimkan ‘SOS kepada dunia’ – kepada tetangga kita, sahabat kita, anggota keluarga kita supaya kita semua dapat menjadi anak-anak Tuhan yang hidup, melalui iman kepada Yesus Kristus!
Jumat 21 September                                                                              Galatia 5:1-12

Project Semicolon

Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan (ayat 1).

Lebih dari setahun lalu, Amy Bleuel meninggal pada usia 31 tahun. Dia adalah pendiri Project Semicolonsebuah kampanye sedunia yang menyentuh semua orang yang mengalami penyakit mental. Orang-orang dari segala usia, yang berjuang melawan stigma masalah kesehatan mental, didorong untuk menggambarkan semicolon (titik koma) di pergelangan tangan mereka. Pengingat yang berkelanjutan bahwa tanda baca ini melambangkan kisah kehidupan seseorang belumlah berakhir. Alih-alih berada di akhir ‘kalimat’ dengan titiktitik koma menyampaikan kepada kita masih ada yang akan datang; kisah masih berlanjut.
Diperkirakan Project Semicolon telah menyentuh jutaan orang di seluruh dunia terutama melalui sosial media. Amy ingin agar orang mengetahui bahwa mereka tidak sendirian, dan bahwa ada harapan untuk semua orang. Ada percakapan yang perlu berlanjut; kebebasan bagi mereka yang memilih untuk percaya pada diri sendiri.
Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat Galatia bahwa kebebasan dalam Kristus tersedia untuk semua. Bahwa iman diperlukan untuk bergerak maju. Bahwa tidak ada apapun yang dapat menghentikan kita untuk bertumbuh dalam perjalanan kerohanian kita:

Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi? (ayat 7)

Barangkali kita tidak secara pribadi bergumul dengan penyakit mental; tidak mengalami masalah kesehatan mental, seperti banyak orang yang kita kenal. Tetapi ada seseorang yang, sebagaimana Paulus tanyakan kepada jemaat Galatia, ‘menghalang-halangikita – mencegah kita melihat apa itu kebenaran? Atau barangkali sesuatu yang memikat kita, yang membuat kita tersandung, bahkan jatuh. Atau mungkin yang mengacaukan kita’ (ayat 10). Jadi mungkin perlu bagi kita untuk menggambar sesuatu di pergelangan kita, yang mengingatkan kita tentang siapa kita dan milik siapa kita!
Kristus menghendaki hanya yang terbaik bagi kita entah kita sedang bergumul dengan sakit hati, fisik, mental atau rohani. Kisah hidup kita belum berakhir. Project Semicolon mengatakan kepada orang-orang bahwa masih akan ada yang datang. Yesus mengatakan sesuatu yang lebih baik; bahwa kita dapat dibebaskan di dalam Dia!
Benarkah ada cara lain?




Sabtu 22 September                                                                                          Mazmur 36

Sumber Hayat

Ya Tuhan, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan (ayat 5).

Surat kabar harian saya, Toronto Star, adalah koran sekuler. Jarang memuat berita-berita yang memancarkan cahaya positif pada iman Kristen. Tetapi baru-baru ini, sebuah kolom menarik perhatian sayadimuat di bagian paling belakang surat kabar yang merupakan satu kesaksian yang berdiri sendiri. Berikut adalah versi singkat dari tulisan Michael Coren:
Saya percaya pada Tuhannya orang Kristen untuk berbagai macam alasan, beberapa alasan intelektual, beberapa tidak, dan meskipun sebagian dari orang-orang agung yang saya kenal adalah ateis, yang terbesar dari antara orang-orang yang saya kenal adalah Dia yang mendirikan Kekristenan 2,000 tahun silam. Dia adalah seorang pemuda Yahudi yang hidup di Palestina yang sedang terjajah dan Dia mengkhotbahkan bukan tentang perubahan tetapi tentang revolusi. Dunia tidak direformasi, melainkan dilahirkan kembali.  
Dia adalah, saya yakin, Anak Allah, dan karena klaim yang disampaikan-Nya Dia dipukuli, dilecehkan, dipermalukan, dihukum mati. Orang-orang Kristen mengingat peristiwa-peristiwa itu tetapi peristiwa yang paling mereka ingat adalah kebangkitan-Nya. Personifikasi kasih, keadilan, toleransi, pengampunan dan kebangkitan kembali Anda tidak perlu mempercayainya, tetapi saya sungguh percaya; sebab hal ini sangat masuk akal bagi saya, yang menginformasikan saya, dan yang memberi saya makna dan tujuan dari seluruh hidup saya’.
Mengapa saya memasukkan kesaksian ini ketika pemazmur Daud bahkan tidak tahu bahwa Yesus adalah Anak Allah? Sebab dalam perikop mazmur hari ini ia berbicara tentang kasih dan kesetiaan Tuhan yang ‘berharga’ (ayat 7); lalu melanjutkan menulis bahwa dengan Tuhan semua dalam hidup ini akan bertemu:

Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang (ayat 9).

Kita, sebagai orang Kristen, adalah orang-orang yang diberkatimengenal kasih Allah yang luar biasa pada tingkat yang sangat pribadi. Maka, seperti yang Daud lakukan ribuan tahun silam dan yang baru-baru ini disampaikan oleh kolumnis surat kabarkita harus merayakan dan membagikan kabar baik yang luar biasa tentang ‘kasih’ dan ‘terang’ Tuhan kepada orang lain. Lalu mereka, pun, dapat mengalami sendiri ‘sumber hayat’ yang menakjubkan yang hanya dapat ditemukan dalam Tuhan!




Minggu 23 September                                                                           Roma 8:35-39

Pernahkah Sejenak Berpikir?

Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (ayat 38-39).

Lagu pujian kita hari ini diambil dari musikal Glory!, yang ditulis oleh Jenderal John Gowans dan John Larsson dan pertama kali dipresentasikan di London pada tahun 1976. Lagunya diawali dengan:

Pernahkah sejenak berpikir betapa Tuhan kasihimu?
Terdengar tidak masuk akal, tetapi benar adanya.
Tak ada apapun di dunia atau di langit di atas
Sepasti dan seyakin kasih Tuhan (SASB 29 ayat 1)

Pernahkah Anda merenungkan berapa besar kasih Allah bagi Anda? Sungguh tidak masuk akal’. Sebab, seperti dinyatakan oleh lagu itu, kasih Allah kepada kita ‘benar adanya’; melampaui pengertian kita, sungguh, dan abadi.  
Ayat kedua mengingatkan kita bahwa ada begitu banyak perubahan terjadi di sekitar kita, tetapi kasih Tuhan bagi kita tidak pernah berubah:

Semua di dunia ini berubah,
Satu hal dapat diandalkan apapun situasinya,
Semua ‘kan berubah, tetapi jelas dan nyata
Kasih Tuhan tetap sama selamanya.

Ayat terakhir mengatakan kepada kita tentang kasih Tuhan, meski tidak layak, kasih-Nya tidak terbatasdan baru setiap hari. Mengagumkan! Jadi mari menyatukan suara menyanyi atau membaca ayat terakhir dan koornya, yang menegaskan kasih Allah yang luar biasa dan tak terbatas bagi setiap kita:

Lebih luas dari pemikiran manusia,
Kasih-Nya tak terbatas, tak pernah mati;
Meski kita tidak layak, setiap hari kasih-Nya baru;
Itulah kasih Allah bagiku dan kamu.
Setinggi langit dan sedalam lautan,
Seluas dunia, kasih Tuhan bagimu dan bagiku.
Kita tidak bisa lari dari kasih-Nya, atau pemeliharaan-Nya,
Di mana kita bisa sembunyi dari kasih-Nya? Kasih-Nya ada di mana-mana.



Senin 24 September                                                                   Yesaya 24:4-13; 25:1-9

Perlindungan Terhadap Angin Ribut

Ya Tuhan, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi nama-Mu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancangan-Mu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu (25:1).

Kita tahu Iblis benar-benar bergiat saat ini. Kita hanya perlu menyalakan televisi atau membaca surat kabar! Peristiwa-peristiwa tragis dan mengerikan terjadi di seluruh dunia. Tidak ada yang berubah, sebab Iblis masih sama aktifnya seperti pada zaman Yesaya. Pasal 14 dan selanjutnya mengatakan kepada kita tentang nubuatan dan ramalan terhadap bangsa dan suku: Asyur, Filistin, Moab, Damaskus, Kush, Mesir, Babel, Edom, Arab, Yerusalem, Tirussemuanya karena Iblis telah menyesatkan mereka. Yesaya menjelaskan bagaimana Tuhan akan mendatangkan kehancuran ke seluruh dunia sebagai akibat pemberontakan manusia melawan Tuhan.  
Pasal-pasal ini dapat disebut apokalips Yesaya serupa dengan apa yang terjadi pada akhir zaman sebagaimana diungkapkan Yohanes dalam Kitab Wahyu. Yesaya sebenarnya memakai ungkapan frase kecil pada waktu itusebanyak 40 kali di seluruh kitab. Dia pasti merasa sulit sekali untuk menyampaikan pesan ini kepada bangsanya:

Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka mengingkari perjanjian abadi dan kegirangan suara kecapi sudah berhenti segala sukacita sudah lenyap, kegirangan bumi sudah hilang (24:5, 8, 11).

Namun, meski memandang dunia yang bergolak, Yesaya tahu Tuhan itu setia; bahwa Ia mengasihi dan mempedulikan bangsanya:

Sebab Engkau menjadi tempat pengungsian bagi orang lemah, tempat pengungsian bagi orang miskin dalam kesesakannya, perlindungan terhadap angin ribut, naungan terhadap panas terik (25:4).

Bukankah kita semua merindukan perlindungan ketika angin ribut datang? Angin ribut mungkin menerpa kota atau komunitas kita; angin ribut mungkin datang dalam konteks pelayanan kita; atau barangkali ada angin ribut yang bersifat lebih pribadi yang datang dari dalam keluarga kita sendiri. Namun, sama seperti Dia menyediakan bagi orang-orang setia pada zaman Yesaya, Tuhan pun akan menyediakan bagi kita satu perlindungan – ‘naungan terhadap panas terik’ sampai pada titik di mana kita dapat mengatakan bersama dengan umat Tuhan, ratusan tahun silam:

Pada waktu itu orang akan berkata: “Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan ... marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya! (ayat 9).




Selasa 25 September                                                                 Yesaya 26:1-8, 12-13

Meja Makan

Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya (ayat 3).

Apa yang membuat Anda merasa damai sejahtera? Sebagian mungkin berkata duduk sendirian di pinggir sungai, danau atau lautan. Sebagian lainnya, berjalan jauh atau bahkan mendaki gunung. Barangkali berbeda bagi setiap orang. Bagi saya, sesungguhnya adalah ketika duduk di meja makan bersama sahabat dan keluarga. Ketika kami berbagi makanan bersama, dan yang jauh lebih penting adalah ketika kami berbagi kehidupan dengan satu sama lain.
Seorang pendeta dan penulis Amerika Leonard Sweet mengatakannya seperti ini:
Bukan kebetulan kultural bahwa di sepanjang masa, di seluruh dunia, orang-orang berkumpul bersama di meja makan untuk mengenal satu sama lain. Dengan cara inilah kita sesungguhnya terhubung dengan orang lain Tempat terbaik untuk menghabiskan waktu bersama, bercakap-cakap satu sama lain dan semakin mengenal satu sama lain adalah di meja. Relasi tidak seperti cermin, di mana semua yang Anda lihat adalah diri Anda sendiri. Relasi adalah seperti makanan, di mana Anda memberi makan diri sendiri sembari memberi makan orang lain.’

Yesaya mengatakan kepada bangsanya bahwa, apapun kehancuran yang mungkin mereka hadapi di masa depan, apabila mereka percaya kepada Tuhan yaitu gunung batu yang kekal’ (ayat 4) mereka akan merasakan damai sejahtera. Damai sejahtera yang sempurna, dan hanya untuk mereka. Nah, bagaimana dengan kita? Damai sejahtera mungkin berarti perlindungan.
Barangkali menerima berita, hasil-hasil, yang sangat kita takuti. Hal ini mungkin juga berarti mematikan TV, menutup laptop dan smart phones dan iPads, dan menikmati membangun relasi di sekitar meja pada waktu makan. Apapun jenis perdamaian yang diperlukan, satu-satunya yang penting adalah memintanya.  
Apakah kita merasakan damai sejahtera, jauh di lubuk hati kita? Mari pastikan kita mengerjakan semua yang Tuhan kehendaki dari kita.  
Leonard Sweet menyimpulkan: ‘Berkat terbesar yang pernah kita berikan dalam hidup kita, kita mungkin tidak pernah mengetahuinya. Dan kita tidak perlu mengetahuinya. Kita tidak perlu melakukan hal-hal yang spektakuler. Kita hanya perlu terus mengerjakan apa yang Tuhan kehendaki supaya kita kerjakan’.
Meja. Relasi ilahi. Hidup kudus. Damai sejahtera yang tak terkira!


















Rabu 26 September                                                       Yesaya 28:1-4; 29:1-4; 30:1-5

Kebenaran Itu Selalu Memerdekakan Kita

Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman Tuhan … (30:1).

Dalam pasal 28–31 kitab Yesaya kita membaca serangkaian kata ‘celakalah’ yang terutama berfokus pada Yerusalem dan pada umat pilihan Tuhan. Tuhan, melalui nabi-Nya Yesaya, mengatakan kepada bangsanya bahwa jika mereka terus-menerus berpaling dari Tuhan mempercayai dusta yang membuat laki-laki dan perempuan berbalik melawan Tuhan akan ada penghakiman yang berat terhadap mereka. Kesombongan dan kemurtadan tidak akan lagi ditoleransi.
Saya tidak yakin seperti apa kondisi di belahan di mana Anda tinggal, tetapi belahan saya di dunia Barat prioritas dan nilai sepertinya telah mengalami pergeseran. Apa yang sepertinya sangat penting bagi orang-orang pada umumnya sekarang dianggap tidak terlalu penting. Mudah sekali untuk diiming-imingi agar menjauh dari kesalehan dan kekudusan dan terjun ke dalam berbagai macam hal yang mengalihkan perhatian orang dari melayani dan menyembah Tuhan. Sebagai contoh: Untuk apa membaca Alkitab dan berdoa? Untuk apa datang ke gereja? Untuk apa mempedulikan orang lain? Masyarakat menekankan bahwa semuanya adalah tentang kita dan untuk memuaskan hasrat kita semata. Kebohongan! Dan celakalah kita apabila kita menjauhkan diri dari Tuhan sama seperti pada zaman Yesaya.
Tulisan berikut ditemukan pada satu halaman surat kabar New York Times dengan cetakan huruf besar, tebal, dan tanpa penjelasan apapun:
Kebenaran itu sulit. Kebenaran itu tersembunyi.
Kebenaran harus dikejar. Kebenaran itu perlu.
Kebenaran jarang sekali sederhana. Kebenaran tidak selalu tampak jelas.
Kebenaran tidak mempunyai maksud tersembunyi. Kebenaran tidak bisa dipoles.
Kebenaran itu berdaulat. Kebenaran tidak dapat diciptakan.
Kebenaran berbicara jujur secara langsung dan lugas. Kebenaran sering diserang.
Kebenaran pantas dibela. Kebenaran perlu dinyatakan dengan sikap.
Kebenaran lebih penting sekarang daripada sebelumnya.

Saya mendapati hal ini sangat menarik, bahwa kebenaran dititikberatkan dengan cara seperti ini untuk khalayak yang agak sekuler. Kebenaran itu esensial: dalam segala hal, dan terutama bagi orang-orang Kristen yang menghadapi begitu banyak tantangan setiap hari. Sebab kebenaran selalu memerdekakan kita.  
Jadi, apakah kita orang-orang yang setia pada kebenaran? Kita hanya dapat menjawab pertanyaan inidengan jujurapabila kita telah sepenuhnya merdeka dalam Kristus. Apakah ini kesaksian kita hari ini?




Kamis 27 September                                                                              Galatia 5:13-26

Kasih dan Sukacita

Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu (ayat 22).

Buah Roh yang diuraikan dalam perikop Alkitab hari ini, yang juga menyimpulkan pendapat kita tentang jemaat Galatia semata-mata adalah tentang memupuk karakter Kristen; tentang hidup sebagaimana dikehendaki oleh Kristus saat menjalani hidup setiap hari bersama Dia. Dan kita segera melihat bahwa yang tertulis di sana bukanlah fruits/buah-buah’ (bentuk jamak) melainkanfruit/buah’ (bentuk tunggal). Mengapa demikian? Penulis Stuart Briscoe mengatakan:
Jika kita memikirkan fruit/buah dan bukan fruits/buah-buah, maka kita menghilangkan kebebasan untuk memilih-milih buah yang kita sukai dan perilaku yang kita pilah. Kita mengurung diri dalam posisi mengakui bahwa semua aspek buah, terlepas dari apakah itu pilihan mudah atau sulit, diinginkan dan dibudidayakansatu gabungan beragam gambaran perilaku yang merupakan akibat langsung dari relasi dengan Tuhan yang hidup yang mendiami umat-Nya melalui Roh Kudus-Nya.’

Dua ‘buah’ pertama adalah kasih dan sukacita. Bila kita mengindahkan keduanya, maka kita tidak akan mungkin menyimpang benar bukan? Nah, kita semua tahu bahwa sesuatu bisa terjadi yang dapat mematikan kasih dan merampas sukacita kita. Beberapa hari lalu, saat menuliskan renungan ini, saya mengunci pintu rumah pergi berolahraga joging. Kami tinggal di lingkungan yang cukup baik, dan jarang sekali saya merisaukan orang-orang di sekitar kami. Tetapi pada kesempatan itu, tiba-tiba, dua orang transgender berdiri di halaman rumah kami – meminta segelas air untuk minum.
Saya sedikit panik melihat gaun panjang berwarna-warni, tas merah besar tersampir di bahu, riasan wajah yang tebal jenggot lebat besar! Saya segera berkata (dan saya malu mengakuinya), ‘Tidak, maaf.’ Keduanya mulai berjalan pergi, terlihat patah semangat; kemudian saya memanggil mereka dan memberi sebotol air!’ Wajah mereka langsung berseri-seri, penuh sukacita! Dan saya yakin, di saat keduanya berbagi botol air minum, kasih Tuhan menjadi sangat nyata.
Kiranya kasih dan sukacita menguasai segala sesuatu dan tersebar luas kepada semua orangterlepas dari usia, gender, ras atau status sosial.

Doa
Kiranya kasih-Mu yang menakjubkan dan sukacita-Mu yang berkelimpahan terlihat nyata dalam diri kami, Tuhan Yesus!








Jumat 28 September                                                                              Yohanes 14:23-31

Damai Sejahtera dan Kesabaran

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (ayat 27).

Ketika kita memikirkan kata ‘damai sejahtera’ kita sering mengasosiasikannya dengan ketiadaan ketegangan atau ketiadaan konflik di sekeliling kita. Tetapi benarkah itu damai sejahtera sejati yang ilahi? Kita bernyanyi tentang damai sejahteramu akan seperti sungai’ – dan pikiran kita melayang ke alam yang indah di pedesaan: sungai yang mengalir tenang; daun-daun yang bergemerisik dan angin yang sejuk. Tetapi apakah kita serta merta merasakan damai sejahtera yang dalam di lubuk hati?
Berkaitan dengan damai sejahtera yang merupakan bagian dari buah Roh, tiga aspek diperlukan:
Berdamai dengan Tuhan. Tidak ada yang ditahan; tidak ada dosa yang tidak diakui. Barulah sesudahnya akan ada damai sejahtera yang sejati. Relasi Bapa-anak yang kudus; ikatan yang suci. Nyamanlah jiwa kita.
Damai Sejahtera Tuhan. Ketika segala sesuatu di sekitar kita runtuh, kita menggapai kemudian mengalami damai sejahtera Allah yang dalam dan indah. Damai sejahtera yang menopang, menguatkan dan mengampu kita saat kita dalam kesukaran besar.
Damai sejahtera di bumi. Kita diperintahkan untuk memiliki relasi yang utuh, murni dan sehat dengan orang lainmenyebarluaskan damai sejahtera Allah kepada dunia melalui perkataan, perbuatan dan perilaku kita yang baik yang terulur kepada semua orang. Dunia memerlukan damai sejahtera Tuhan. Mari memulainya dari saya dan dari masing-masing kita.  
Selanjutnya, bagaimana dengan kesabaran? Bagi sebagian kita unsur kesabaran dalam ‘buah’ mungkin memerlukan lebih dari sekadar perhatian! Kesabaran adalah satu kebajikan, itu sudah pasti. Cobalah mengendarai mobil dalam lalu lintas yang padat di kota yang sangat sibuk, dan segera kita akan menyaksikan ketiadaan kesabaran dalam diri banyak orang. Namun apakah ini jenis kesabaran yang Paulus katakan dalam konteks ini?
Kata makrothumia, yang diterjemahkan sebagai kesabaranataupanjang sabar’, sesungguhnya berarti lambat marah’. Tentang mengatasi kemarahan secara perlahan tanpa bereaksi cepat terhadap satu situasi. Tidak ada semburan kemarahan, teriakan, jeritan, amarah yang membabi-buta. Kita diperintahkan untuk bekerja dengan sabar, sambil memohon rahmat, belas kasihan, anugerah, dan kasih Tuhan.  
Kita hidup di dunia yang serba cepat yang terus bergejolak. Dalam skala besar: terorisme, perang, konflik, permusuhan. Dalam skala yang lebih kecil: kecemasan, stres, frustrasi yang terus-menerus. Kiranya Tuhan mengaruniakan kita damai sejahtera yang sempurna dan kesabaran yang gigih. Dan kiranya aspek-aspek buah Roh Kudus terbukti dalam hidup kita, saat kita sekali lagi mempersembahkan diri kita kepada Tuhan hari ini.



Sabtu 29 September                                                                              Mazmur 37:1-9

Bergembiralah

Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu (vv 3-4).

Mazmur ini, yang kemungkinan ditulis oleh Daud ketika dia lebih tua dan lebih bijaksana, sekali lagi mengarah pada subjek yang kontroversial tentang kejahatan versus kebaikan: bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan sepertinya hidup makmur, sedangkan mereka yang melakukan kebaikan cenderung menderita hidupnya. Daud mengatakan kepada kita agar jangan ‘marah’ tentang semua ini (ayat 1); sebaliknya, percaya kepada Tuhan dan lakukan yang baik (ayat 3). Bergembiralah karena Tuhan maka ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu (ayat 4).
Dalam hal apa kita bergembira?
Anak/cucu. Tidak tentu mereka adalah anak dan cucu kita sendiri. Mereka bahkan tidak harus anak dan cucu kita sendiri! Tetapi orang muda adalah karunia dari Tuhan dan kita, sedikit lebih tua, dapat menjadi bagian dari pembimbingan dan pertumbuhan mereka dalam Kristus. Kegembiraan yang luar biasa!
Matahari terbit/terbenam. Tuhan menciptakandan bagi kita untuk menikmati semua ciptaan-Nya. Apakah itu gunung, danau, bintang, burung, awan, pelangi, kita dianugerahkan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar. Sungguh menggembirakan!
Makanan enak Tentu saja, kita harus waspada terhadap kerakusan, tetapi tidak ada salahnya untuk menikmati makanan enak, jajanan lezat. Betapa menggembirakannya itu semua!
Liburan. Liburan tidak tentu harus eksotis atau mahal. Barangkali sesederhana meluangkan sedikit waktu menjauh dari pekerjaan menikmati sesuatu yang benar-benar berbeda dan menyenangkan!
Firman Tuhan. Kita seharusnya menemukan sukacita besar ketika membaca Alkitab, sebab itu adalah pesan Tuhan bagi kita. Dan dengan demikian, kita menemukan kegembiraan yang luar biasa!
Relasi yang hidup dengan Tuhan. Kita adalah umat yang diberkati; anak-anak Tuhan Yang Mahakuasa. Kegembiraan yang mendalam menjadi milik kita!
Tuhan berjanji bahwa apabila kita mendedikasikan diri sepenuhnya kepada-Nya, mempercayai Dia secara mutlak, maka:

Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang (ayat 6).

Tidakkah hal ini mendatangkan kegembiraan besar pada jiwa dan roh kita? Maka, sekarang mari ucapkan syukur kepada-Nya oleh karena Dia adalah Tuhan.




Minggu 30 September                                                               Mazmur 103:1-5, 19-22

Hai Hamba-Hamba Tuhan

Pujilah Tuhan, hai segala tentara-Nya, hai pejabat-pejabat-Nya yang melakukan kehendak-Nya. Pujilah Tuhan, hai segala buatan-Nya, di segala tempat kekuasaan-Nya! Pujilah Tuhan, hai jiwaku! (ayat 21-22).

Hari ini kita membahas sebuah lagu pujian agung yang digoreskan oleh seorang penggubah himne yang prolifik, Charles Wesley. Liriknya mengingatkan kita bahwa kita adalah subjek dan pelayan dari Tuhan dan Tuan kita dan bahwa seharusnya kita tidak pernah berhenti menceritakan kepada orang lain tentang Juruselamat kita yang mulia, Yesus Kristus:

Hai hamba Tuhan, beritakan hal Tuanmu
Siarkan ke seluruh bumi nama-Nya yang indah;
Pujilah nama Yesus yang masyhur;
Kerajaan-Nya mulia, memerintah semesta alam (SASB 97 ayat 1)

Kadang kita begitu terjebak dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita mengabaikan untuk secara konsisten memberikan pujian kepada Tuhan. Juga, kita sering gagal melihat urgensi dari membagikan pesan Injil kepada teman dan tetangga kita: kebenaranrealitasbahwa Tuhan memerintah atas semuanya. Jadi kita harus bertanya pada diri sendiri, Cukupkah kita menyanyikan pujian bagi Dia?’

Tuhan bertakhta di tempat tinggi, berkuasa selamatkan;
Namun Dia ada dekat, kehadiran-Nya kita rasakan;
Jemaah besar mengidungkan kemenangan-Nya,
Keselamatan datang dari Yesus Raja kita. (ayat 2)

Ketika kita sungguh-sungguh merenungkannya, banyak dari kita akan mengaku belum memuji dan menyembah Dia sebagaimana seharusnya. Orang-orang lain, dan hal-hal lainnya, sepertinya menuntut hampir seluruh waktu kita. Setidaknya untuk hari ini dan hari-hari ke depanmari memberikan waktu yang memang layak diterima-Nya. Dan mari kita mulai, sekarang juga, menyanyikan ayat terakhir sebagai tindakan penyembahan kita bersama:

Maka mari kita menyembah dan memberikan apa yang jadi hak-Nya,
Segala kemuliaan dan kuasa, segala hikmat dan otoritas;
Segala kehormatan dan berkat, bersama malaikat di atas,
Dan ucapan syukur tanpa henti dan kasih tanpa batas!